Minggu, 22 Juni 2008

Jodoh

Sebuah surat undangan pernikahan tergeletak manis di atas meja kerjaku. Sekilas terbaca nama kedua mempelai yang terukir indah. Meuthia Iswandari dan Renaldi Dwi Susanto. Meuthia adalah teman baikku satu SMU tapi Renaldi? Renaldi yang mana ya? Apakah Renaldi kakak kelas kami? Seandainya benar calon suami Meuthia adalah Renaldi kakak kelas kami, hehehe...aku jadi senyum-senyum sendiri mengingat masa-masa SMU dulu.

Aku teringat suatu hari di SMU dulu, ketika aku masuk di kelas yang masih sepi, aku mendapati Meuthia sedang menangis tersedu-sedu. Meuthia menangis? Wah, satu keajaiban dunia sedang muncul di hadapanku. Ada apa ya? Setahuku Meuthia itu periang, tidak gampang menangis. Separah apa ya masalahnya? Perlahan kudekati dia, kutemani tanpa bertanya. Sebenarnya sih aku penasaran, ingin segera mengetahui masalah yang dihadapi Meuthia tapi aku tak tega. Biarlah Meuthia menenangkan dirinya dulu.

“Re!” panggil Meuthia padaku setelah dia tak lagi terisak.

“Ya, Thia? Ada apa?” tanyaku.

“Aku benci Renaldi Re.”

“Lho, kok bisa? Kenapa?” Wah, kaget juga aku mendengarnya. Setahuku Renaldi itu gebetannya Meuthia. Mereka berdua cukup akrab, banyak kegiatan keorganisasian yang mereka berdua ikuti bersama. Kok tiba-tiba Meuthia jadi benci Renaldi? Ini maksudnya benci betulan atau benar-benar cinta ya?

“Tadi aku ketemu Renaldi. Tiba-tiba dia bilang kalau kami cuma teman biasa, tidak lebih. Maksudnya apa coba? Kalau dia tidak suka aku, kenapa dia ngasih harapan? Kenapa dia selalu baik padaku, memberikan perhatian padaku hingga aku merasa diistimewakan dan setelah aku berharap padanya, aku malah ditinggalkan? Untuk apa dia menyanjungku jika akhirnya dia menjatuhkanku?”

“Sabar dulu Thia, mungkin Renaldi punya alasan tertentu yang tidak kita ketahui,” hiburku.

“Tidak bisa! Aku tidak bisa dan tidak mau bersabar untuk dia. Aku sudah terlanjur sakit hati. Aku sudah merasa ditolak sebelum aku mengungkapkan isi hatiku. Aku benci dia. Mulai sekarang Renaldi hanyalah bagian dari masa laluku. Biarlah dia kukenang sebagai salah seorang teman baikku, bukan sebagai seseorang yang pernah istimewa dalam hatiku.”

Itulah sepenggal kenangan yang hingga di kepalaku. Seandainya mereka berdua memang menikah, ajaib bukan?

“Hallo, selamat sore. Bisa bicara dengan Meuthia?”kataku di ujung telepon.

“Ya, saya sendiri. Dengan siapa saya bicara?”

“Hai Thia, ini Rere. Selamat ya atas pernikahannya. By the way boleh tanya nggak? Renaldi calon suamimu itu kakak kelas kita di SMU bukan ya?”

“Iya Re, calon suamiku Renaldi kakak kelas kita di SMU dulu.”

“Hah? Kok bisa? Gimana ceritanya? Kapan kalian bertemu lagi setelah kita lulus SMU? Kapan mulai pacarannya?”

“Ya ampun Re, banyak banget pertanyaannya. Aku bertemu Renaldi tahun lalu di acara Temu Alumni SMU kita, waktu itu kamu tidak datang. Lalu, suatu hari dia datang ke rumahku dan melamar aku. Jadi, kami tidak pacaran dulu. Pacarannya nanti setelah menikah. Begitu ceritanya Re.”

Hah? Sesederhana itu ceritanya? Perasaanku terasa bercampur aduk, bahagia, geli, takjub, serasa tak percaya dan berbagai perasaan lain yang sulit kugambarkan. Sepasang anak manusia yang tidak pernah terbayangkan akan bersatu ternyata akhirnya bersatu juga meskipun jalan yang dilalui harus berliku.

Jumat, 20 Juni 2008

Mimpi

(Mengutip dari artikel uplineku yang aku amini tentang mimpi)

Mimpi adalah sesuatu yang membuat kita merasakan sakit ketika tidak berhasil memperolehnya.

Sakit yang dirasakan ketika kita tidak berdaya menolong orangtua tercinta manakala mereka membutuhkan bantuan kita. Sakit yang dirasakan manakala kita tak mampu membayar biaya pengobatan orang tua atau keluarga kita tercinta. Sakit yang dirasakan manakala teringat betapa hebat perjuangan orangtua kita mendidik dan menyekolahkan kita namun kita tak mampu membalasnya. Sakit yang dirasakan manakala kita tak mampu memenuhi mimpi orangtua kita. Sakit yang dirasakan ketika kita harus mikir-mikir dulu ketika ingin membantu orang lain hanya karena menghitung cukupkah untuk kebutuhanku jika aku membantunya? Sakit yang dirasakan ketika kita tak bisa memberi apa-apa untuk orang lain. Sakit yang dirasakan ketika kita merasa tak berguna untuk orang lain.

Keinginan untuk dapat membahagiakan orang tua kita, itulah mimpi. Keinginan untuk bisa memberikan yang terbaik untuk orang tua kita, itulah mimpi. Keinginan untuk menjadi tonggak penyangga orang tua kita manakala mereka lemah, itulah mimpi. Keinginan untuk bisa memenuhi mimpi orang tua kita, itulah mimpi. Keinginan untuk bebas memberi tanpa harus mikir-mikir dulu, itula mimpi. Keinginan untuk bisa menjadi seseorang yang berguna dan dapat diandalkan, itulah mimpi. Mimpi yang bukan sekedar mimpi kosong tapi mimpi yang sarat makna dan HARUS diperjuangkan dengan segenap kekuatan kita. Tanpa perjuangan, mimpi tinggallah mimpi, hanya sebatas angan-angan kosong tanpa makna dan tidak mengubah apa-apa. Sakit yang dirasakan akan tetap sakit selama kita tidak berbuat apa-apa.

SAATNYA BERGERAK!!! UBAHLAH MIMPI JADI NYATA!!!

Sabtu, 07 Juni 2008

Petal Quartz Eau de Parfum

Tercipta bagi wanita yang mendambakan kemurnian dan sensitivitas.

Bulgarian rose yang dipetik tangan berpadu dengan aroma pink freesia untuk memberikan anda sensasi keharuman bunga yang memikat.

Pesan sekarang juga!!!

Harga Promo : Rp. 229.000

Harga Normal : Rp. 329.000

Hubungi:

Tita Mintarsih

081931448782

tita_mintarsih@yahoo.com

Masihkah Ada Alasan?

Dulu, ketika masih berseragam sekolah dan belajar PMP atau PPKN,
aku ingat sekali bahwa untuk mengentaskan kemiskinan, kita perlu sekolah setinggi-tingginya karena jika kita pintar, kita dapat meningkatkan taraf hidup kita maupun masyarakat di sekitar kita. Bukankah jika kita pintar, kita tidak mudah dibodohi orang dan dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar kita? Begitu bukan mimpi indahnya?

Tapi ironinya, tingginya level pendidikan yang dijalani (katakanlah sampai level sarjana) belum dibarengi dengan jiwa wirausaha. Buktinya, kecenderungan lulusan sarjana sekarang bukan sebagai pencipta lapangan kerja melainkan juga sebagai pencari kerja.
Jadi????
Tambah banyak dong para pencari kerja dan calon pengangguran.
Belum tercapai dong mimpi indahnya?

Umumnya orang tidak berani memulai bisnis sendiri karena Tidak Ada Modal.
Modal? Modal apa? Modal uang?

ORIFLAME sudah memberi kita peluang untuk memiliki bisnis sendiri dengan modal cuma Rp. 30.000.

ORIFLAME sudah memberi kita peluang untuk menjadi tuan bagi diri kita sendiri, peluang untuk mengubah kita dari seseorang yang biasa-biasa saja menjadi seseorang yang luar biasa, peluang untuk meningkatkan taraf hidup kita juga orang-orang di sekitar kita.
Masihkah uang jadi alasan untuk tidak memulai?

Kita punya modal yang ada di dalam diri kita yaitu SEMANGAT, ULET, dan KERJA KERAS. Dan yang kita butuhkan memang cuma semangat pantang menyerah, ulet dan kerja keras. Punya bukan? Ayo!!! Kita kembangkan modal yang sudah kita punya ini!!!
Masihkah ada alasan untuk tidak memulai?

BERGERAKLAH!!! SEKARANG JUGA!!!


Bergabunglah dengan ORIFLAME & dbc-network

klik: